Pada tanggal 3 Juli 2014 bertempat di Balairung Kementerian
Pariwisata dan Kreatif, melalui Rapat Pleno Studi dan Perencanaan
Ekonomi Kreatif, membahas secara terperinci mengenai masing-masing sub
sektor industri yang membangun ekonomi kreatif di Indonesia.
Terdapat sekitar 15 subsektor yang menjadi fokus pengembangan ekonomi
kreatif pada tahun 2015-2025, yang termasuk kedalam subsektor tersebut
diantaranya, arsitektur, desain, film,video dan fotografi, kuliner,
kerajinan, mode, musik, penerbitan dan percetakan, permainan interaktif,
periklanan, riset dan pengembangan, seni rupa, seni pertunjukan,
teknologi informasi dan televisi serta radio.
Setiap subsektor ekonomi kreatif pastinya memiliki penekanan potensi
dan permasalahan yang berbeda-beda. Namun sebagian besar subsektor
menekankan pentingnya pendidikan untuk dapat menciptakan SDM yang
inovasi harus dilihat sebagai aset bukan hanya sekedar faktor pendukung.
Secara khusus
Focus Group Discussion (FGD)
untuk subsektor Film, Video, dan Fotografi dipisahkan menjadi 4 bagian,
yaitu Film, Animasi, Video dan Fotografi. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan karakter secara mendasar dan pelaku dari keempat bagian dalam
subsektor Film, video, dan Fotografi.
Berbicara mengenai animasi, merupakan suatu hasil karya kreatif yang
disenangi oleh banyak orang, baik itu dari kalangan anak-anak, remaja
maupun orang dewasa. Saat ini perkembangan untuk animasi sangatlah
begitu cepat, tentunya juga dibarengi dengan kemajuan teknologi yang ada
pada saat ini.
Apabila kita melihat perkembangan animasi di negara kita, bisa
dikatakan sedikit tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara
tetangga lainnya. Walaupun tertinggal perkembangan animasi saat ini bisa
dibilang cukup baik. Pasalnya sudah lumayan banyak orang yang tertarik
untuk terjun didalamnya, maka dari itu animasi termasuk menjadi salah
satu penggerak ekonomi kreatif di Indonesia.
Di subsektor animasi, “pembiayaan tidak hanya terbatas pada
penyediaan dana tetapi juga terkait dengan upaya-upaya penciptaan model
bisnis yang membuat industri animasi dapat berkembang secara
berkelanjutan,” ujar Ahmad Rofiq dari subsektor animasi.
Kita juga harus berbangga karena sudah ada beberapa karya animasi
anak bangsa yang telah dihasilkan seperti Meraih Mimpi, Battle of
Surabaya karya dari Yogyakarta dan kini sedang bekerjasama dengan Walt
Disney untuk menggembangkannya, serta karya anak bangsa terbaru Kuku
Rock You yang juga akan menghiasi pertelevisian di hari minggu kalian.
“Patut kita ketahui Presiden pertama didunia yang mengunjungi Disney
Land adalah bapak Ir. Soekarno pada tahun 1956 sedangkan Disney Land
pada saat itu baru berdiri kurang lebih 1 tahun, yang mana pada tahun
1955 menjadi tahun didirikannya. Artinya mungkin saja presiden Soekarno
sadar bahwa cara merevolusi secara cepat yaitu dengan Animasi,” mengutip
pernyataan dari Ahmad Rofig.
Presiden Pertama Indonesia Bapak Ir.Soekarno bersama pendiri Walt Disney: Walter Elias Disney.
Dalam FGD Ahmad Rofig menyampaikan “visi dari animasi adalah untuk
merubah karakter, menciptakan SDM yang handal, industri yang dinamis,
serta lingkungan industri yang kondusif.”
“Untuk masalah animasi di bidang pendidikan kendalanya adalah tidak
adanya sinkronisasi antara kurikulum pendidikan dengan industri,”
lanjutnya.
Dia menegaskan, “masih banyak kendala-kendala untuk mengembangkan
animasi di negara ini, terutama dari segi SDMnya dan harus diperbaiki
mulai dari bagaimana cara mereka belajar, seperti contoh belajar animasi
dapat melaui internet seperti video streaming youtube. Berbeda apabila
ingin menjadi produser melainkan harus experience dulu selama beberapa
tahun baru bisa menjadi produser.”
“Masalah berikutnya adalah biaya sangat tinggi dan menjadi horror
yang menakutkan bagi para pihak pelaku animator, konon katanya mungkin
hal ini dikarenakann Disney pernah membuat statement bahwa
pekerjaan animasi merupakan pekerjaan yang tersulit serta termahal
didunia. Tapi apabila kita cari di google kita bisa lihat salah satu
produksi animasi yaitu Pixar film, pendapatan dari perusahaan tersebut
yang memakan biaya produksi hingga milyaran, namun pendapatan yang
mereka dapat bisa sampai triliunan,” lanjut Ahmad Rofig.
“Di Negara yang animasinya maju biasanya ada dukungan dari pemimpin
negaranya seperti contoh Malaysia, pada 10 tahun lalu pemimpin negara
tersebut berkata bahwa negara kita harus bisa mengekspor film animasi,
dan sekarang terbukti dengan munculnya Upin Ipin dan serial kartun
lainnya dari negara menara kembar tersebut. Film dan animasi telah
merevolusi Industri mereka, yang dahulunya produk-produk mereka kurang
laku, dengan bantuan animasi produk tersebut bisa menjadi lebih menarik
dan diminati, dengan kata lain animasi sangat berperan dalam banyak
hal,” ungkapnya.
Semoga dengan adanya dukungan pemerintah terhadap sub sektor yang
membantu Ekonomi Kreatif di Negara kita, bisa membantu bagi masyarakat
yang sekaligus menjadi pelaku di bidang kreatif, untuk terus
mengembangkan bakat serta kreatifitas yang mereka miliki.